السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Jumat, 20 Juni 2014

Motivasi Dalam Pembelajaran


 BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dewasa ini, sudah tak dapat dielakkan lagi bahwa minat untuk belajar seseorang akan mudah sekali naik turun. Agar minat untuk belajar ini senantiasa tetap naik dalam waktu ke waktu, maka setiap siswa harus memiliki keinginan untuk tetap terus belajar. Agar keinginan untuk tetap terus belajar itu ada dan semakin meningkat frekuensinya, maka setiap siswa tentu saja harus memiliki motif-motif tertentu yang menyebabkan ia harus tetap semangat belajar.
Keseluruhan motif-motif  yang menjadikan seseorang menjadi semangat belajar ini, secara umum dapat dikatakan sebagai motivasi. Maksud dari motivasi belajar disini adalah  keseluruhan daya penggerak yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga tujuan dapat tercapai.
Berdasarkan pengertian motivasi tersebut, sudah sangat jelas bahwa motivasi dalam proses belajar sangat penting. Karena yang dibicarakan adalah proses belajar, maka manfaat motivasi tidak hanya dirasakan oleh siswa, namun juga oleh seorang guru. Melalui pengetahuan tentang motivasi, seorang guru dapat mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas, bahakan dapat juga membantu sisiwa untuk meningkatkan motivasinya. Mengingat pentingnya pengetahuan akan motivasi, maka pembahasan mengenai motivasi belajar dirasa perlu untuk diangkat.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.    Apa Pengertian Motivasi Belajar?
2.    Apa jenis-Jenis Motivasi Belajar?
3.    Bagaimana Cara Mengukur  Motivasi Belajar Siswa?
4.    Apa yang dimaksud dengan peran motivasi?
5.    Apa Peran Guru dalam Memotivasi Siswa?
6.    Apa Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Belajar siswa?
7.    Ada Berapa  kondisi yang dinilai kondusif dalam mempengaruhi sikap dan motivasi belajar siswa?
C.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan Penulis dalam membuat makalah ini, yaitu:
1.      Menuntaskan tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
2.       untuk memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca tentang Motivasi dalam Pembelajaran.
3.      untuk menghasilkan karya tulis.
D.    MANFAAT PENULISAN
keterampilan menulis dari berbagai segi dan bidang pekerjaan sangat dibutuhkan oleh seseorang, apalagi bagi seorang guru. Yang mana hal itu bisa menjadi acuan perkembangan diri yang lebih baik untuk kedepannya.


BAB II
 PEMBAHASAN
Motivasi Dalam Pembelajaran
A.  Hakikat Motivasi Dalam Belajar
1.      Pengertian Motivasi Belajar
Konsep motivasi di jelaskan oleh Hull (1943) sebagai dorongan untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan agar tetap hidup.
Dorongan inilah yang menggerakkan dan mengarahkan perhatian, perasaan dan perilaku atau kegiatan seseorang. Sebagai contoh, kebutuhan untuk bebas dari sakit membuat seseorang untuk berobat kepada seorang dokter. Pengertian ini jelas sekali dipengaruhi oleh prespektif behaviorisme yang menjelaskan stimulus- respons sebagai faktor penting dalam perilaku manusia. Prespektif ini dominan selama periode pertengahan 1930 sampai dengan 1950.
Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian motivasi beralih ke prespektif kognitif. Teori kognitif sudah mulai berkembang sejak 1958. Teori ini muncul karena rasa tidak puas terhadap ketidakmampuan prinsip stimulus- respons untuk menjelaskan kompleksitas motivasi manusia secara memadai.
Teori kognitif menjelaskan motivasi sebagai fungsi dinamika psikologis perilaku manusia yang lebih kompleks. Motivasi tidak saja merupakan fungsi pemenuhan kebutuhan, tetapi dipahami sebagai kerangka pikir yang melibatkan kebutuhan, tujuan, sistem nilai, persepsi pribadi dan pengalaman. Sebagai contoh, seorang siswa bersemangat belajar aljabar bukan karena secara pribadi dia senang dengan kerumitan aljabar, tetapi untuk memenuhi kebutuhan sosial yaitu dianggap cerdas oleh teman. Sebaliknya, seorang siswa yang lain tidak bersemangat untuk mempelajari Bahasa Inggris, sebab dari pengalamannya yang lalu belajar Bahasa Inggris tidak membuat dia lebih pandai berbahasa Inggris.
2.      Jenis- Jenis Motivasi
Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu:
a.     Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik ditandai dengan dorongan yang berasal dari dalam diri siswa untuk berperilaku tertentu. Sebagai contoh, siswa berinisiatif sendiri untuk mempelajari Bahasa Inggris karena rasa senang belajar bahasa. Tanpa harus ada penugasan dari orang lain (guru) dia berusaha mencari sumber yang dapat digunakan untuk belajar.
b.    Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar siswa. Misalnya siswa belajar Bahasa Inggris karena kuatir mendapat nilai yang buruk sehingga mempengaruhi kenaikan kelas, atau kuatir di anggap bodoh oleh temannya yang lain.
Guru biasanya mengharapkan yang ideal yaitu siswa akan termotivasi secara intrisik, karena jenis motivasi ini lebih bersifat konstan atau permanen dibandigkan dengan motivasi ekstrinsik. Namun pada kenyataannya kedua jenis motivasi ini muncul pada siswa yang sama, hanya kecenderungannya berbeda. Seorang siswa mungkin cenderung lebih termotivasi secara intrinsik untuk suatu pelajaran tertentu, tetapi tidak untuk mata pelajaran yang lain.
Dalam proses pembelajaran, guru perlu berusaha mencari strategi yang tepat untuk dapat membantu siswa belajar apapun kecenderungan jenis motivasi yang mendorongnya belajar.
3.                  Mengukur Motivasi Belajar Siswa
Guru perlu mengetahui dengan lebih jelas interaksi antara tingkat motivasi siswa dengan pembelajaran supaya dapat melakukan intervensi pengajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan beberapa temuan mengenai hubungan antara motiervasi dan hasil belajar.
Dari berbagai penelitian mengenai motivasi belajar ditemukan kesimpulan sebagai berikut:
a.         Terdapat hubungan antara tingkat motivasi siswa dan hasil belajar, baik terhadap hasil belajar pada suatu waktu tertentu (Suciati, 1990), maupun terhadap hasil belajar selanjutnya (Meece & Blumenfeld, 1987). Tingkat motivasi belajar cenderung berkolerasi positif dengan hasil belajar, artinya semakin kuat/tinggi tingkat motivasi belajar, semakin baik hasil belajar siswa. Demikian pula hasil belajar yang baik nampaknya juga berpengaruh terhadap hasil belajar berikutnya. Hal ini terjadi karena hasil belajar yang baik akan membuahkan motivasi yang lebih kuat pula dalam diri siswa, yang akan mempengaruhi hasil belajar selanjutnya.
b.         Terdapat interaksi antara cara mengajar guru dengan pola motivasi siswa, yang selanjutnya berpengaruh pula pada hasil belajar (Meece & Blumenfeld, 1987). Cara guru mengajar yang menarik, menantang siswa berpikir dan berperan aktif akan memengaruhi motivasi siswa secara positif. Sebaliknya, apabila guru tidak bersemangat, tidak kreatif dalam mengajar, atau bahkan cenderung membosankan, maka tingkat motivasi siswa akan menjadi rendah.
c.         Guru dapat mengubah (meningkatkan) motivasi belajar siswa (Ames & Archer, 1987), dengan pengertian guru dapat  melakukan tindakan tertentu di dalam kelas untuk menigkatkan motivasi belajar siswa. Dari mengamati kegiatan anak, kita dapat melihat bahwa pada waktu masih kanak- kanak, seseorang cenderung melakukan kegiatan secara wajar karena dorongan intrinsik. Seorang anak kecil selama berjam- jam asyik mewarnai buku gambar tanpa berpikir apakah akan mendapat hadiah atau tidak. Dia hanya menuruti dorongan hatinya yang menyenangi warna dan hasil pewarnaan yang sesuai dengan daya imajinasinya. Semakin besar seorang anak, perkembangan yang terjadi justru menjadi tidak ideal, yakni cenderung melakukan tugas dari guru sekedar untuk menyenagkan guru dan mendapatkan niali yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa jenis motivasi dan tingkat motivasi dalam diri siswa dapat berubah. Guru juga dapat mengubah intensitas motivasi siswa melalui kegiatan kelas, pemberian tugas, cara penilaian hasil belajar siswa, dan sebagainya.
Ketika mengukur tingkat motivasi siswa, pertanyaan yang muncul adalah apakah motivasi merupakan konsep tunggal atau multikonsep. Dalam penelitian yang dilakukan, beberapa pendidik menganggapa motivasi sebagai konsep tunggal. Sebagai contoh, Brophy dan Merrick, (1997) menganggap “motivasi intrinsik” sebagai konsep tunggal. Peneliti yang lain berpendapat motivasi intrinsik merupakan multikonsep, yang dapat di ukur dari “minat terhadap bidang studi”. “persepsi diri siswa”, “ketahanan belajar”, dan sebagainya. Pada umunya pendidik membuat pembedaan yang jelas antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, meskipun kedua jenis motivasi ini dianggap sebagai bagian dari suatu garis kontinum motivasi. Dalam diri siswa sebagai indikator pengukur ini sering overlap, dan hal ini semakin membuat rumit tugas guru untuk dapat melakukan intervensi yang efektif terhadap motivasi siswa.
Ada pendapat yang menganggap motivasi murni bersifat afektif, lebih berkaitan dengan perasaan seseorang. Sebagaimana disebutkan pada bagian sebelumnya, motivasi dijelaskan sebagai fungsi energi atau yang dihasilkan atau diakibatkan oleh dorongan emosi atau kebutuhan dalam diri seseorang. Perilaku dihasilkan oleh motif yang muncul dari emosi dan keinginan untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan.
Di samping itu muncul pendapat yang melihat motivasi lebih bersifat kognitif, atau berkenaan dengan pemahaman atau pengetahuan seseorang. Seperti dijelaskan oleh Ames dan Archer (1987) mengubah motivasi berarti mengubah cara berpikir siswa, membuatnya memahami pentingnya tujuan pembelajaran, melihat proses dan hasil pembelajaran dengan cara berbeda. Dengan pemahaman ini maka siswa akan termotivasi untuk berbuat lebih baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nampaknya motivasi untuk belajar mencakup aspek afektif dan kognitif. Guru tidak dapat mengabaikan tanda- tanda efektif yang muncul pada siswa dalam proses pembelajaran, dan justru sebaliknya guru dapat mengubah cara berpikir atau cara pandang terhadap pembelajaran untuk membuat siswa menjadi termotivasi belajarnya.
Peran Motivasi dalam Proses Pembelajaran
A. Peran Motivasi
Motivasi belajar adalah unsure yang penting yang menentukan apakah siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran ataukah bersikap pasif (tidak pedulu). Di dalam ruang kelas yang terdapat banyak siswa, guru terkadang merasa kesulitan untuk memotivasi siswa karena keterbatasan waktu, kebutuhan emosional setiap siswa yang perlu diperhatikan guru, tuntutan kualitas hasil kerja dari pimpinan (kepala sekolah) dan orang tua.
Guru sering merasa harus berpacu dengan waktu untuk dapat menyelesaikan semua materi dalam silabus atau kurikulum yang digunakan, sehingga perhatian kepada siswa menjadi terbatas. Supaya proses belajar efektif diperlukan tingkat motivasi yang cukup kuat. Intensitas motivasi yang terlalu rendah membuat usaha siswa menjadi minimal, siswa bersikap apatis, tidah acuh dan tidak bertanggung jawab. Pada tingkat yang memadai, lebih membantu siswa untuk belajar maksimal. Sedangkan motivasi yang terlalu kuat menghasilkan ketegangan dalam diri siswa sehingga justru menghambat usaha dalam belajar. Siswa bisa tiba-tiba lupa dengan apa yang sudah dipelajari.
B.   Peran Guru dalam Memotivasi Siswa
Usaha membantu siswa menggunakan seluruh potensinya untuk mencapai aktualisasi diri yang maksimal merupakan tugas dan tanggung jawab utama guru. Ketika melihat siswa bosan, guru harus melaksanakan pembelajaran yang bervariasi, dan dapat pula memberikan tantangan baru kepada siswa yang kelebihan energy. Guru harus dapat membuat keseimbangan antara materi pelajaran yang mudah dan sulit agar siswa tidak menjadi bosan dan frustasi, dan hal ini dilakukan sekaligus terhadap 30 siswa atau lebih dalam kelas. Mengingat variasi latar belakang siswa, pendekatan yang paling memberikan dampak jangka panjang  bagi siswa adalah menggunakan pendekatan individual.
C. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Belajar
a. Teori Kebutuhan Maslow
Teori ini dikemukanan oleh Maslow (1954). Dia mengemukakan bahwa kebutuhan Maslow tersusun dalam bentuk hierarki, dari 5 tingkat. Kebutuhan tingkat rendah harus lebih dahulu dipenuhi sebelum kebutuhan pada tingkat yang atas berfungsi.
1.      Kebutuhan Fisik, seperti cukup sandang, pangan dan papan. Siswa yang lapar, kedinginan karena tidak punya sepatu, dan belajar dikelas yang panas atau gelap tidak dapat membantu motivasi siswa untuk belajar.
2.       Kebutuhan rasa aman, yaitu rasa aman dari kegelisahan, ancaman, dapat disebabkan oleh rasa kuatir siswa akan dinilai jelek oleh guru dan teman-temannya. Guru dapat membantu siswa dengan memberitahu apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa dan criteria apa yang dipergunakan untuk menilai siswa sebelum melaksanakan suatu kegiatan. Informasi seperti itu dapat mengurangi kecemasan siswa.
3.      Kebutuhan menjadi bagian suatu kelompok, maksudnya kebutuhan untuk saling memberi serta menerima perhatian dan penghargaan. Guru dapat menunjukkan keramahan kepada siswa, tetapi jangan berlebihan, atau dapat menugaskan siswa belajar dalam kelompok untuk dapat memenuhi kebutuhan ini.
4.       Kebutuhan dihargai, maksudnya siswa ingin diakui berdasarkan kemampuan dan kualitas dirinya. Guru dapat memberikan tugas kepada siswa sesuai tingkat pemahamannya dan menantang mereka untuk mengembangkan pemahamannya lebih jauh. Guru juga perlu memberikan balikan kepada siswa agar dirinya dapat menilai kemajuannya.
5.      Kebutuhan aktualisasi diri, adalah kebutuhan tertinggi dimana seseorang mempunyai keinginan untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin. Hal ini terlihat dari minatnya untuk mempelajari hal-hal baru. Bila seseorang dimotivasi oleh kebutuhan ini, dia akan bersikap mandiri dalam usahanya. Sebagai dukungan, guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih bebas memilih hal-hal baru yang ingin dipelajari.
b. Kebutuhan untuk Berprestasi
Kebutuhan untuk berprestasi banyak diulas oleh Mc. Clelland (1965). Ada sikap-sikap tertentu yang membedakan seseorang yang memiliki kebutuhan tinggi untuk berprestasi dengan yang rendah. Diantaranya siswa dengan kebutuhan berprestasi tinggi cenderung mempunyai ketahanan (persistence) yang tinggi dalam melakukan tugas, tidak cepat menyerah. Mereka cenderung mempunyai hasil kerja yang baik meski tidak ditunggui atau diawasi oleh guru. Dalam hal bersosialisasi dengan teman, pertemanan lebih didasarkan pada kemampuan yang  dimiliki teman lain daripada keramahan atau rasa senang.
c. Teori Atribusi
            Sebagaimana dikemukakan oleh Weiner (1972) seseorang akan melakukan suatu perilaku berprestasi bukan saja dipengaruhi oleh pemahaman tentang kualitas tujuan yang akan dicapai, tetapi juga oleh bagaimana individu tersebut memandang penyebab keberhasilan. Faktor ini dikaitkan dengan konsep locus of control. Ada 2 faktor, yaitu internal (mengangap faktor dari diri sendiri sebagai penentu keberhasilan) dan faktor eksternal (menganggap keberhasilan ditentukan oleh faktor di luar diri sendiri seperti keberuntungan). Jika seorang guru menilai hasil pekerjaan siswa berdasarkan rasa senang atau tidak senang, menggunakan pertanyaan di luar materi yang diajarkan, atau menilai dengan cara yang tidak konsisten, dapat mengubah siswa yang internal menjadi eksternal.
d. Model ARCS
            Berdasarkan teori expectancy-value, Keller (1987) mengidentifikasikan 4 indikator pembelajaran yang berpengaruh terhasap motivasi belajar, kemudian disingkat menjadi ARSC:
- A (Attention / perhatian), sebaik apapun persiapan mengajar guru, bila siswa tidak memberikan perhatian, proses belajar tidak akan berjalan. Untuk dapat menarik perhatian siswa, guru harus menyajikan sesuatu yang baru atau tidak lazim, misalnya dengan mengajukan pertanyaan yang ingin dipecahkan, menggunakan media, melakukan atraksi, dll.
-R (Relevance / kegunaan), guru dituntut untuk mengaitkan pembelajaran dengan kebutuhan, minat dan motif belajar siswa. Dapat dilakukan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa, sehingga siswa dapat mengetahui bahwa pelajaran yang akan disampaikan dapat bermanfaat dalam kehidupannya.
-C (Confidence / rasa percaya diri), untuk memunculkan rasa percaya diri siswa, guru dapat menjelaskan criteria penilaian untuk tugas-tugas, memberikan contoh hasil pekerjaan yang dianggap bagus dari tahun-tahun sebelumnya.
-S ( Satisfaction / kepuasan), memberikan kepuasan kepada siswa dapat dilakukan dengan cara memberi penghargaan apabila siswa berhasil menguasai suatu keterampilan dengan baik, missal nilai bagus. Tetapi apabila guru terlalu menekankan pada penghargaan yang diberikan, apabila penghargaan tidak lagi diberikan, maka dapat membuat motivasi belajar siswa hilang. Yang perlu lebih ditekankan adalah pentingnya pencapaian tujuan belajar, sebab itulah hal yang utama.
Lingkungan Belajar yang Memotivasi Proses Belajar Siswa
Ada 3 kondisi yang dinilai kondusif dalam mempengaruhi sikap dan motivasi belajar siswa yaitu:
a.      Siswa Mandiri Untuk Mengatur Belajarnya (Self Regulate)
Yang perlu dilakukan adalah sejauh mungkin membantu siswa dalam mengatur meregulasi sendiri belajarnya. Usaha ini didasarkan pada sumber bahwa:
1.       Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. Belajar Mandiri mengintegrasikan self-management (manajemen konteks, menentukan setting, sumber daya, dan tindakan) dengan self-monitoring (siswa memonitor, mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya) menurut Bolhuis; Garrison.
2.       Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat penting di dalam memulai dan memelihara usaha siswa. Motivasi memandu dalam mengambil keputusan, dan kemauan menopang kehendak untuk menyelami suatu tugas sedemikian sehingga tujuan dapat dicapai (Corno; Garrison).
3.       Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para guru ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan tujuan apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya (Lyman; Morrow, Sharkey, & Firestone).
4.       Belajar Mandiri “ironisnya” justru sangat kolaboratif. Siswa bekerja sama dengan para guru dan siswa lainnya di dalam kelas (Bolhuis; Corno; Leal).
5.        Belajar Mandiri mengembangkan pengetahuan yang lebih spesifik seperti halnya kemampuan untuk mentransfer pengetahuan konseptual ke situasi baru. Upaya untuk menghilangkan pemisah antara pengetahuan di sekolah dengan permasalahan hidup sehari-hari di dunia nyata (Bolhuis; Temple & Rodero).
b.      Kerja Sama Antar Siswa Dalam Proses Pembelajaran (Cooperative Learning)
Model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal. Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini.
c.       Keterlibatan Orang Tua Dalam Belajar
Orang tua merupakan pengaruh terbesar bagi anak-anak, mereka adalah pendidik utama. Orang tua selalu menginginkan yang terbaik bagi anak- anaknya. menginginkan anak-anaknya sukses, menjadi anak yang shaleh, serta menjadi warga masyarakat yang produktif. Oleh karena itu, keluarga harus dipandang sebagai mitra yang memiliki peranan penting bagi proses pendidikan anak, harus dilibatkan dalam memberikan pengalaman belajar.
Komunikasi yang baik antara guru dan orang tua merupakan komponen yang penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar. Keuntungan peran orang tua bagi anak antara lain:
a.       Meningkatkan konsep diri yang positif, karena anak dapat menunjukkan keberadaan orang tuanya dihadapan guru dan teman-temannya
b.      Anak akan memperoleh po!a didik yang berimbang ketika di sekolah dan di rumah
c.       Perkembangan anak dapat terpantau dengan baik oleh guru maupun orang tua, sehingga dapat dikembangkan seoptimal mungkin
Bentuk ketertibatan orang tua murid dalam proses pembelajaran di rumah antara lain berupa:
a.       mengontrol perkembangan belajar anak dengan selalu bertanya dalam menyelesaikan tugas tentang aktivitas belajar sekolah hari ini atau mendampingi di rumah
b.      menanda tangani agenda murid, tugas, dan PR yang diselesaikan di rumah
c.       menyediakan sumber belajar yang memadai bagi anak
d.      menyediakan ruang/ tempat belajar yang representatif
e.       memastikan diri memiliki nomor telepon sekolah. wali kelas, guru khusus, dan nomor telepon lain yang bermanfaat untuk kecepatan komunikasi tentang kegiatan sekolah


BAB III
PENUTUP

A.  SIMPULAN
Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi belajar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa yang malas belajar sebagai akibat pengaruh negative dari luar diri siswa. Berdasarkan definisi-definisi para ahli, maka motivasi belajar adalah dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan.
Seorang Guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
B.  SARAN
Untuk terjadinya proses belajar yang optimal, diharapkan siswa akan mampu meraih prestasi yang tinggi. Untuk itu, selain senantiasa menyempurnakan sistem pengajarannya, disekolah juga mengupayakan terjadinya motivasi belajar. Seperti yang telah kami sampaikan dalam uraian makalah kami.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar